Rahasia Parenting yang Diam-diam Menjadi Kunci Kesuksesan Anak di Masa Depan

Trinita Adelia - Senin, 19 Mei 2025 - 17:07 WIB
Rahasia Parenting yang Diam-diam Menjadi Kunci Kesuksesan Anak di Masa Depan
ilustrasi - Pixabay @tinytribes
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Setiap orang tua pasti punya harapan besar agar anaknya tumbuh menjadi pribadi sukses. Tapi, sukses itu bukan cuma soal sekolah bagus atau nilai tinggi.

Pola Asuh yang diterapkan sejak kecil justru jadi pondasi utama dalam membentuk karakter anak.

Sejumlah studi ilmiah menemukan bahwa anak-anak yang sukses di kemudian hari ternyata datang dari keluarga yang punya pola pengasuhan tertentu.

Penasaran Pola Asuh seperti apa yang bisa memicu kesuksesan anak di masa depan? Simak sembilan ciri orang tua yang pola asuhnya bisa bantu anak tumbuh jadi versi terbaik dirinya.

1. Membangun kepercayaan diri anak 

Rasa percaya diri bukan muncul dari pujian semata, tapi dari keberhasilan menghadapi tantangan. Anak yang pernah gagal lalu berhasil bangkit, akan belajar bahwa usahanya punya arti.

Sebaliknya, terlalu sering dipuji tanpa usaha bisa bikin anak merasa segalanya bisa diraih tanpa kerja keras. Itulah kenapa penting banget bagi Orang Tua untuk memfokuskan dorongan pada proses, bukan hanya hasil.

Anak-anak yang terbiasa menghubungkan kesuksesan dengan kerja keras cenderung punya daya juang tinggi. Mereka belajar menyelesaikan masalah sendiri, menemukan solusi, dan nggak gampang menyerah saat situasi sulit datang.

Pola pikir ini terbukti membantu mereka mencapai tujuan akademis dan karier di masa depan.

Penelitian juga mengungkap bahwa keyakinan anak terhadap kemampuannya sendiri jadi pondasi penting dalam mengembangkan kepercayaan diri yang tahan banting.

2. Mengajarkan empati sejak usia dini

Anak yang diajarkan empati akan tumbuh jadi pribadi yang lebih peka terhadap sekitar. Empati bukan cuma soal merasa kasihan, tapi benar-benar memahami dan ikut merasakan emosi orang lain.

Ada tiga jenis empati yang bisa diasah sejak kecil: empati afektif, kognitif, dan perilaku.

Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan memberi nama pada perasaan, seperti marah, kecewa, atau bahagia. Dari situ, anak belajar mengenali dan menyadari emosi orang lain juga.

Kebiasaan ngobrol bareng tentang perasaan tiap hari bisa membentuk koneksi emosional yang kuat.

Anak-anak yang terbiasa diajak berdiskusi soal emosi akan lebih bijak dalam bersikap dan punya kontrol diri yang lebih baik dalam bersosialisasi.

3. Melibatkan diri dalam kegiatan bermain anak

Main bareng anak bukan sekadar menemani mereka bermain, tapi juga ikut terlibat aktif dalam permainan. Aktivitas sederhana ini ternyata punya dampak luar biasa untuk kesehatan mental anak.

Ketika Orang Tua hadir sepenuhnya dalam waktu bermain, hormon oksitosin anak meningkat dan memperkuat ikatan emosional.

Kontak mata, pelukan hangat, dan tawa bersama menciptakan suasana yang aman dan nyaman buat anak. Hal ini bisa membentuk hubungan yang lebih akrab dan memperkuat rasa percaya satu sama lain.

Kebersamaan saat bermain juga melatih anak untuk belajar berbagi, bergiliran, serta memahami aturan dalam interaksi sosial. 

4. Menghindari konflik berlebihan di rumah

Lingkungan rumah yang tenang dan penuh kasih jadi tempat paling aman buat anak bertumbuh. Sebaliknya, konflik yang sering terjadi di rumah bisa membuat anak merasa cemas dan kehilangan rasa aman.

Ini bisa berdampak negatif pada harga diri dan kesehatan mental mereka.

Penelitian di New York menemukan bahwa anak-anak yang punya hubungan hangat dengan orang tuanya cenderung terhindar dari hubungan toksik di masa remaja. Suasana rumah yang penuh kehangatan membuat mereka belajar bagaimana menjalin relasi yang sehat.

Anak-anak yang merasa didengarkan akan tumbuh jadi pribadi yang juga mampu menghargai orang lain.

5. Menjaga kualitas tidur anak secara konsisten

Tidur bukan cuma soal istirahat, tapi bagian penting dari proses Perkembangan Anak. Kurang tidur bisa bikin anak sulit fokus, gampang rewel, bahkan menurunkan kemampuan belajarnya.

Pola tidur yang tidak teratur juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang.

Anak yang punya jam tidur cukup terbukti lebih produktif, kreatif, dan bisa mengelola emosinya dengan baik. Orang Tua yang konsisten menjaga rutinitas tidur anak ikut membentuk kedisiplinan dan keseimbangan hidup sejak dini.

6. Membatasi waktu layar 

Main gadget memang bikin anak anteng, tapi kalau kebablasan bisa memperlambat perkembangan otaknya. Terlalu sering menatap layar bisa mengganggu kemampuan bicara, konsentrasi, dan interaksi sosial.

Anak-anak yang punya waktu screentime terbatas justru lebih aktif secara fisik dan lebih tertarik berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Ini penting banget buat membangun kreativitas dan keterampilan motorik mereka.

Orang Tua punya peran untuk menciptakan aturan yang konsisten soal gadget, serta menyediakan alternatif kegiatan yang seru dan edukatif.

7. Menghargai proses belajar, bukan cuma hasil akhir

Saat anak jatuh, bangun lagi, lalu dicoba ulang di situlah pembelajaran sebenarnya terjadi. Pola pikir berkembang (growth mindset) mengajarkan bahwa kemampuan bisa ditingkatkan lewat usaha dan pengalaman, bukan bawaan lahir semata.

Menghargai proses membuat anak terbiasa berpikir positif tentang tantangan. Mereka nggak gampang menyerah saat gagal dan lebih terbuka terhadap masukan. Ini jadi bekal penting untuk menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian.

Sebaliknya, terlalu fokus pada hasil bisa membuat anak takut gagal. Padahal, kegagalan justru penting sebagai bagian dari perjalanan menuju sukses.

8. Membiasakan berpikir positif dan optimis

Optimisme bikin anak melihat masalah sebagai tantangan yang bisa diatasi, bukan ancaman yang menakutkan. Anak yang diajarkan berpikir positif cenderung punya mental tangguh dan lebih percaya diri menghadapi rintangan hidup.

Saat mereka belajar bahwa setiap kesulitan bisa dihadapi dengan usaha, mereka tumbuh jadi pribadi yang pantang menyerah. Dan yang lebih keren, mereka juga lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan.

9. Menjadi teladan yang konsisten dan positif

Anak belajar lebih banyak dari apa yang dilihat ketimbang apa yang didengar. Jadi, teladan dari Orang Tua punya pengaruh besar dalam membentuk karakter mereka.

Anak yang tumbuh di lingkungan penuh tanggung jawab, empati, dan kedisiplinan akan lebih mudah menyerap nilai-nilai tersebut.

Saat Orang Tua bersikap konsisten, menunjukkan kerja keras, dan menghargai orang lain, anak akan meniru tanpa perlu disuruh. Mereka belajar bahwa karakter baik adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

Perilaku sehari-hari seperti cara bicara, menyelesaikan masalah, hingga bersikap di tengah tekanan, semuanya akan jadi pelajaran langsung buat anak-anak.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements