NOTIS.CO.ID - Tukang Parkir liar belakangan ini kerap menjadi sorotan, terutama di Jakarta.
Di balik kesannya sepele, praktik ini tak cuma ganggu kenyamanan pengguna jalan, tapi juga merugikan bisnis hingga bikin resah masyarakat.
Padahal, keluhan terus muncul dan penindakan dari pemerintah sudah dilakukan. Tapi faktanya, mereka tetap eksis.
Alasannya? Pendapatan yang mereka kantongi ternyata cukup menggiurkan.
Penghasilan Tukang Parkir liar tembus tiga kali UMR Jakarta
Berdasarkan data yang dibagikan Oscar Dermawan, konten kreator sekaligus pengusaha, satu tukang parkir liar di minimarket bisa menghasilkan hingga Rp550.000 per hari.
Kalau dikalkulasi selama sebulan, nominalnya tembus Rp16,5 jutaauh lebih besar dari UMR Jakarta 2025 yang hanya Rp5,3 juta.
Hitungannya begini, satu minimarket rata-rata didatangi 150 motor dan 50 mobil tiap hari.
Dengan tarif Rp2.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil, total pendapatan bisa mencapai setengah juta rupiah sehari.
Dan itu belum termasuk kalau Tukang Parkir tersebut “bermain” di beberapa titik strategis lainnya seperti pasar, pusat kuliner, atau mal kecil.
Dampak langsung ke pengendara dan masyarakat umum
Bagi pengendara, pungutan liar ini jelas bikin kantong jebol. Apalagi kalau si Tukang Parkir sama sekali tidak membantu bahkan kadang justru bikin semrawut dan nambah macet.
Banyak juga yang akhirnya kesulitan cari tempat parkir nyaman karena lapaknya sudah “dikuasai”.
Pemerintah DKI Jakarta sebenarnya sudah bergerak. Kepala Dinas Perhubungan, Syafrin Liputo, menyatakan bahwa pengelola tempat usaha seperti minimarket tidak boleh menarik biaya parkir.
Tapi di lapangan, masih ada saja oknum yang main pungut biaya parkir.
Untuk itu, Satpol PP dan Dishub pun turun tangan. Mereka mulai menertibkan Tukang Parkir liar di titik-titik rawan.
Harapannya, gangguan ini bisa ditekan dan masyarakat merasa lebih aman serta nyaman ketika parkir.
Meski kelihatannya cuma masalah sepele di jalanan, fenomena Tukang Parkir liar ini menyimpan realitas ekonomi yang besar dengan penghasilan yang bahkan melampaui banyak profesi formal di kota besar seperti Jakarta.