Ratu Legendaris Indonesia Ini Hidup Sezaman dengan Nabi Muhammad

Ratu Shima dari Kalingga hidup sezaman dengan Nabi Muhammad dan sukses bangun kerajaan dagang kuat di Nusantara
Trinita Adelia - Minggu, 08 Jun 2025 - 16:30 WIB
Ratu Legendaris Indonesia Ini Hidup Sezaman dengan Nabi Muhammad
Ilustrasi - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Sejarah Nusantara menyimpan banyak kisah menarik, salah satunya tentang sosok Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga. Nama besar perempuan ini bukan hanya dikenal di tanah Jawa, tapi juga sempat menggema hingga ke Tiongkok dan jazirah Arab.

Uniknya, Ratu Shima hidup di masa yang hampir bersamaan dengan Nabi Muhammad, sebuah fakta yang jarang dibahas dalam pelajaran sejarah konvensional.

Ratu Shima lahir pada tahun 611 Masehi di Sumatera Selatan. Saat itu, Nabi Muhammad telah berusia 41 tahun dan baru setahun menerima wahyu sebagai rasul.

Ayah Ratu Shima merupakan seorang pemuka Hindu yang kemudian pindah ke wilayah Jepara setelah menikah dengan Kartikeyasinga, bangsawan dari Kerajaan Kalingga.

Sejak kecil, Shima tumbuh di lingkungan spiritual Hindu yang kuat, dan sempat tinggal di kompleks candi di kawasan Dieng yang terkenal dengan aktivitas keagamaannya.

Perjalanan Ratu Shima Menjadi Penguasa Tunggal Kalingga

Posisi Ratu Shima mulai menanjak ketika suaminya, Kartikeyasinga, diangkat sebagai raja Kalingga pada tahun 648 M. Ketika itu, Nabi Muhammad sudah wafat dan dunia Islam memasuki era kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.

Pada masa inilah, Ratu Shima memainkan peran penting dalam istana, terlebih ketika Kartikeyasinga wafat pada tahun 678 M. Karena tak ada penerus yang cukup dewasa untuk memimpin, Shima pun naik takhta sebagai penguasa tunggal.

Selama memerintah, Ratu Shima dikenal dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara. Di bawah kepemimpinannya, Kalingga memasuki era kejayaan, khususnya dalam bidang perdagangan.

Banyak sumber sejarah mencatat, masa pemerintahannya menjadi titik penting dalam pertumbuhan ekonomi dan diplomasi kerajaan.

Perdagangan Maju dan Jepara Jadi Pusat Perdagangan Internasional

Dalam catatan sejarah Islam dan interaksi Asia Tenggara, Ratu Shima disebut berhasil mengembangkan pelabuhan Jepara menjadi sentra perdagangan maritim.

Pedagang dari berbagai penjuru, termasuk Asia Selatan dan Timur, menjadikan Jepara sebagai titik temu strategis. Bahkan, hubungan dagang dengan Dinasti Tang dari China sudah terjalin pada masa ini.

Catatan dari sumber Tiongkok kuno menunjukkan bahwa para pedagang dari negeri itu menyaksikan langsung kemakmuran Kalingga. “Kerajaan ini kaya karena berhasil menjadikan garam sebagai komoditas ekspor utama,” begitu menurut Catatan Tionghoa (2009).

Bukti lain dari kedekatan Kalingga dengan Tiongkok terlihat dari adanya utusan kerajaan yang dikirim untuk menjalin hubungan diplomatik.

Tak hanya ekonomi, masyarakat Kalingga juga dikenal memiliki tingkat literasi tinggi. Mereka sudah mengenal aksara dan memahami dasar-dasar astronomi.

Kalingga juga memiliki pusat keagamaan Buddha Hinayana yang menarik banyak pelajar dari wilayah lain untuk menimba ilmu spiritual selama bertahun-tahun.

Ketegasan Hukum dan Nama Besar yang Terdengar Hingga Arab

Di antara semua pencapaian Ratu Shima, salah satu hal paling dikenang adalah ketegasannya dalam menegakkan hukum. Ia melarang keras segala bentuk pencurian di wilayah kekuasaannya. Bahkan, ada kisah legendaris tentang seorang raja Arab bernama Ta-Shih yang penasaran dengan kedisiplinan rakyat Kalingga.

Ta-Shih konon datang membawa karung emas dan meletakkannya di tengah jalan. Eksperimen ini dilakukan untuk melihat apakah warga Kalingga tergoda mengambilnya.

Namun, berbulan-bulan berlalu, karung emas itu tetap utuh di tempatnya. Tak seorang pun berani menyentuh, karena tahu beratnya hukuman bila mencuri.

Cerita menjadi menarik ketika anak kesayangan Ratu Shima, Pangeran Narayana, tanpa sengaja menyentuh karung tersebut hingga berpindah sedikit dari tempat semula.

Meski tidak berniat mencuri, tindakan itu tetap dianggap pelanggaran. Sang ratu pun menetapkan hukuman berat, hukuman mati. Namun setelah dipertimbangkan, hukuman itu diringankan menjadi pemotongan kaki, karena kaki sang pangeran dianggap sebagai bagian tubuh yang menyentuh barang tersebut.

Akhir Hidup Ratu Shima dan Runtuhnya Kalingga

Ratu Shima wafat pada tahun 695 M. Sejak kepergiannya, kekuatan Kalingga mulai melemah. Kerajaan tersebut akhirnya runtuh pada tahun 752 M, di tengah gempuran perubahan politik dan munculnya kerajaan-kerajaan baru di Pulau Jawa.

Sementara itu, perkembangan Islam di Arab semakin meluas. Masa hidup Ratu Shima bersinggungan langsung dengan masa Dinasti Umayyah yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750 Masehi.

Dengan kata lain, keberadaan Ratu Shima bukan hanya menjadi bagian dari sejarah Indonesia, tapi juga selaras dengan dinamika dunia Islam awal yang sedang tumbuh pesat.

Kisah hidup Ratu Shima menunjukkan bahwa Indonesia punya tokoh perempuan tangguh dengan visi besar.

Dari pengelolaan perdagangan, penegakan hukum, hingga relasi internasional, warisan yang ditinggalkannya jadi pengingat bahwa Sejarah Nusantara menyimpan cerita yang tidak kalah penting dari sejarah dunia lainnya.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements