NOTIS.CO.ID- Rasa sedih mungkin saja terasa menghiasi sosok Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan yang dikenal sebagai teknokrat handal di bidang keuangan negara.
Dalam beberapa hari terakhir, ia menghadapi dua kehilangan besar, yaitu rumahnya dirampas dan sekarang secara resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa dalam reshuffle Kabinet Merah Putih, Senin 8 September 2025.
Presiden Prabowo Subianto menunjuk Purbaya sebagai Menteri Keuangan melalui Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2025.
Ini adalah salah satu dari lima perubahan besar dalam penyusunan kabinet yang dilakukan dalam waktu kurang dari setahun sejak kabinet Merah Putih diresmikan.
Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani
Beberapa hari setelah peristiwa itu, Sri Mulyani harus menerima kenyataan bahwa ia digantikan dari jabatan yang telah ia pegang selama lebih dari sepuluh tahun, di dua masa pemerintahan yang berbeda.
Posisi Menteri Keuangan kini diisi oleh Purbaya Yudhi Sadewa, seorang ekonom berpengalaman yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan dikenal dekat dengan lingkaran ekonomi di pemerintahan Prabowo.
Selama menjabat, Sri Mulyani dikenal sebagai sosok yang disiplin dalam mengelola anggaran, mendorong reformasi pajak, serta menghadapi tekanan fiskal akibat pandemi dan konflik geopolitik global.
Di awal pemerintahan Prabowo-Gibran, ia sempat menjadi wajah stabilitas di tengah gejolak pasar. Namun, perubahan susunan kabinet tampaknya tak bisa dihindari.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan bahwa reshuffle dilakukan berdasarkan masukan dan evaluasi terus-menerus dari Presiden.
Kehilangan lukisan kenangan serta kehilangan kursi kekuasaan, keduanya menjadi gambaran sedih dari perjalanan Sri Mulyani minggu ini.
Di akhir masa jabatannya, ia tidak hanya melepas tanggung jawab mengelola keuangan negara, tetapi juga melihat bagian dari kehidupan pribadinya ikut terambil.
Sekarang, giliran tangan Purbaya Yudhi Sadewa yang akan mengambil alih — meneruskan tantangan fiskal yang berat di tengah berbagai tekanan dari luar negeri dan dalam negeri.(*)