NOTIS.CO.ID - Di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, banyak orang mulai mempertanyakan, seberapa besar dana tunai yang idealnya disimpan di rekening tabungan?
Pertanyaan ini muncul karena fenomena "cash is king" makin sering terdengar, menggambarkan kecenderungan pelaku pasar untuk memegang Uang Tunai atau aset likuid seperti dolar AS saat kondisi ekonomi sedang goyah.
Tapi menyimpan terlalu banyak uang di tabungan ternyata bukan tanpa risiko.
Menyimpan Uang Tunai untuk kebutuhan jangka pendek
Meskipun uang tunai memberikan rasa aman, para ahli keuangan menyarankan agar saldo di rekening tidak terlalu besar. Idealnya, dana yang tersimpan cukup untuk menutupi kebutuhan bulanan seperti tagihan rutin, belanja harian, hingga pembayaran cicilan.
Terlalu banyak menimbun uang di Rekening Tabungan bisa membuatnya rentan terhadap beberapa risiko, seperti inflasi yang menggerus nilainya, potensi kesalahan transaksi, atau bahkan fraud.
Melansir dari CNBC Indonesia, Certified Financial Planner Jessica Goedtel menyampaikan hal yang penting.
“Rekening Tabungan sering kali tidak memiliki perlindungan seperti kartu kredit, dan hal ini berarti bahwa dana bisa lebih sulit untuk dikembalikan jika kartu Anda dibobol," ucap Jessica Goedtel, dikutip Minggu (6/7/2025).
Kita tahu, perlindungan dana di rekening tidak sekuat instrumen lain. Maka, mempertahankan jumlah yang cukup tanpa berlebihan adalah langkah bijak agar tetap likuid, namun aman.
Menemukan Keseimbangan yang Tepat Menurut Pakar Keuangan
Setiap orang tentu punya kebutuhan berbeda. Namun, saran dari Gregory Guenther, seorang konselor perencanaan pensiun dari New Jersey, bisa menjadi pertimbangan awal. Menurutnya, cukup simpan dana tunai yang dapat menutupi kebutuhan selama satu atau dua minggu saja.
“Jika terlalu sedikit, kamu akan merasa cemas tentang setiap gesekan; tapi jika terlalu banyak, kamu akan kehilangan pertumbuhan dalam akun dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Titik yang tepat bersifat pribadi, tetapi itu akan membuat kamu hidup tanpa harus memeriksa ulang saldo kamu sebelum membeli bahan makanan,” tegasnya.
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa menyimpan terlalu sedikit membuat kita khawatir, tapi menyimpan terlalu banyak malah berisiko kehilangan potensi keuntungan. Keseimbangan adalah kunci.
Dana Darurat Bukan disimpan di Rekening Utama
Satu hal yang perlu diingat dana tunai di rekening biasa bukanlah dana darurat. Banyak orang masih menyamakan keduanya, padahal fungsinya sangat berbeda.
Dana tunai di rekening hanya untuk pengeluaran rutin jangka pendek, sementara Dana Darurat disiapkan untuk kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau biaya medis mendesak.
Pakar keuangan menyarankan kita menyimpan dana darurat yang nilainya setara dengan biaya hidup selama tiga hingga enam bulan. Simpan dana ini di tempat yang mudah diakses tapi memiliki potensi imbal hasil yang lebih tinggi, seperti Rekening Tabungan berbunga tinggi.
Tujuannya agar uang tetap berkembang, namun bisa segera dicairkan saat dibutuhkan.
Memiliki tabungan darurat juga membuat kita terhindar dari beban biaya administrasi bank akibat saldo minimum, serta membantu menjaga kestabilan finansial tanpa perlu menarik dana dari instrumen investasi lain.