NOTIS.CO.ID - Film Parasite besutan sutradara Bong Joon-ho kembali menorehkan prestasi gemilang.
Karya asal Korea Selatan ini resmi dinobatkan sebagai film terbaik abad ke-21 oleh The New York Times, dalam daftar “100 Best Films of the 21st Century” yang dirilis pada 27 Juni 2025.
Penilaian ini melibatkan lebih dari 500 tokoh perfilman dunia, termasuk sineas kenamaan seperti Julianne Moore, John Turturro, Pedro Almodóvar, dan Sofia Coppola.
Bukan sekadar pujian biasa, Parasite dinilai sebagai film yang "lucu sekaligus mengganggu", penuh kritik tajam terhadap brutalitas neoliberalisme.
Bong Joon-ho dipuji sebagai "master genre" yang tak hanya lihai memadukan komedi dan satire sosial, tapi juga berani menembus batas konvensi sinema.
Parasite, Satire Sosial Tajam yang Sentuh Dunia
Mengangkat kisah keluarga miskin Ki-taek (diperankan Song Kang-ho) yang berurusan dengan keluarga kaya Park (diperankan oleh mendiang Lee Sun-kyun), Parasite menghadirkan konflik kelas yang dibalut narasi cerdas dan visual memikat.
Ketegangan yang dibangun dalam film ini tak hanya menggugah secara emosional, tapi juga membuka percakapan global tentang kesenjangan sosial.
Lebih dari sekadar cerita fiksi, Parasite berhasil menjelma jadi simbol ketegangan sosial yang relevan di berbagai belahan dunia.
The New York Times pun menilai Bong Joon-ho sebagai sutradara yang melahirkan karya-karya dengan keberanian tinggi, menggabungkan berbagai genre dalam satu narasi yang padat dan menggigit.
Lewat Parasite, ia membuktikan bahwa sinema bisa menjadi medium paling kuat untuk menyuarakan realitas.
Oldboy dan Memories of Murder Ikut Mewakili Kejayaan Film Korea
Tak hanya Parasite, sinema Korea Selatan juga mengirim dua perwakilan lain ke dalam daftar bergengsi The New York Times ini.
Film Oldboy (2005) karya Park Chan-wook sukses menempati posisi ke-43, sementara Memories of Murder (2003) dari Bong Joon-ho berada di urutan ke-99. Kedua film ini turut mengukuhkan posisi Korea Selatan sebagai raksasa baru dalam dunia perfilman global.
Oldboy yang menjadi bagian dari trilogi balas dendam milik Park Chan-wook dikenal lewat adegan aksi legendarisnya.
"Adegan panjang saat Choi Min-sik menghajar sekelompok gangster di lorong menjadi simbol opera kekerasan yang menggelegar," tulis The New York Times.
Sementara itu, Memories of Murder hadir sebagai drama kepolisian dengan pendekatan khas Korea. Tak terpaku pada gaya Hollywood, film ini menyisipkan humor tak terduga di tengah ketegangan investigasi.
NYT menyebut film ini sebagai bentuk refleksi terhadap keterbatasan manusia dalam memahami kejahatan, sesuatu yang jarang disentuh dengan cara sehalus dan sekuat ini di film-film arus utama.
Perfilman Indonesia Belum Masuk Daftar Elit Dunia
Sayangnya, dari 100 Film Terbaik versi The New York Times tersebut, belum ada satu pun karya dari Indonesia yang berhasil masuk. Meskipun begitu, dunia tak menutup mata terhadap potensi sinema Indonesia.
Beberapa film seperti The Act of Killing (2012), The Raid (2011), hingga Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) sudah mendapat pengakuan di berbagai festival internasional dan menjadi bagian dari antologi film global.
Namun, untuk menembus daftar sekelas NYT 100 Best Films of the 21st Century, masih dibutuhkan lompatan besar dari segi narasi, produksi, dan pengaruh global.
Ini menjadi tantangan sekaligus peluang emas bagi sineas Indonesia untuk membawa cerita lokal ke panggung internasional yang lebih luas.