NOTIS.CO.ID - Di tengah ketatnya persaingan di industri media, banyak Jurnalis di Amerika Serikat kini mempertimbangkan karier baru di bidang kecerdasan buatan.
Salah satu platform yang menarik perhatian mereka adalah Outlier, bagian dari perusahaan teknologi Scale AI, yang menawarkan pekerjaan berbasis data bagi lulusan dan praktisi jurnalistik.
Tren ini mencuat saat sejumlah penulis berita, fotografer, hingga reporter radio menerima tawaran serupa dari berbagai pihak baik melalui platform rekrutmen seperti Handshake maupun informasi dari jaringan profesional mereka.
Ketertarikan terhadap pekerjaan di sektor teknologi, terutama pelatihan model AI, muncul karena beberapa faktor seperti fleksibilitas kerja dan imbalan finansial yang lebih stabil.
Banyak Jurnalis Dilirik untuk Latih AI lewat Outlier Scale AI
Carla McCanna, lulusan program jurnalisme Medill School of Journalism, menjadi salah satu contoh nyata dari tren peralihan profesi ini. Lewat Handshake, ia mendapatkan tawaran untuk bergabung sebagai pelatih model AI di platform Outlier.
"Perekrut mengatakan bahwa keahlian saya sesuai dengan peran sebagai ahli penulisan dan bahwa saya akan melatih model AI untuk mengoptimalkan akurasi dan efisiensi," ujar McCanna.
Kemampuannya dalam menulis, meneliti, dan mengecek fakta menjadi alasan utama dirinya dilirik. Pengalaman magang di The Dallas Morning News dan D Magazine, serta gelar master yang ia raih pada Agustus lalu, memperkuat portofolionya sebagai kandidat yang cocok.
Namun, daya tarik terbesar dari pekerjaan ini justru datang dari kenyamanan dan stabilitas finansial. McCanna mengakui bahwa dirinya belum pernah berkecimpung dalam bidang data atau teknologi sebelumnya.
Meski begitu, ia merasa tergoda karena sifat pekerjaannya yang bisa dilakukan jarak jauh dan bayaran yang cukup menjanjikan.
"Sementara saya mencari posisi Jurnalis saat itu, [pekerjaan Outlier] ini sepertinya bagus, karena ini benar-benar jarak jauh dan gajinya bagus jika konsisten," imbuhnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, McCanna bekerja penuh waktu dengan pendapatan mencapai US$35 per jam atau sekitar Rp569 ribu per jam dari proyek-proyek yang tersedia di platform tersebut.
Kini, pekerjaan sebagai Pelatih AI menjadi sumber pendapatan utamanya. Ia bahkan menganjurkan rekan-rekannya untuk mengikuti jejaknya.
"Banyak dari kami yang masih mencari pekerjaan. Tiga kali saya memberi tahu seseorang tentang pekerjaan saya, dan mereka berkata, tolong kirimkan ke saya," katanya.
"Saat ini sangat sulit, dan banyak rekan-rekan saya yang mengatakan hal yang sama."
Profesi Tradisional Terancam Punah Karena Perkembangan AI
Fenomena perpindahan karier ini bukan tanpa alasan. Laporan Future of Jobs 2023 dari World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa sekitar 83 juta pekerjaan akan hilang selama periode 2023 hingga 2027 akibat masifnya transformasi teknologi, termasuk peran AI dan otomatisasi.
Riset Future of Work 2023 mencatat bahwa sekitar 23% jenis pekerjaan akan mengalami perubahan signifikan hanya dalam waktu lima tahun. Industri Media, hiburan, dan olahraga menjadi salah satu sektor yang akan terdampak paling besar.
Selain itu, sektor lain seperti pemerintahan, layanan komunikasi digital, teknologi informasi, properti, keuangan, hingga logistik juga diperkirakan akan menghadapi perubahan drastis dalam struktur tenaga kerja mereka.
Berikut daftar 15 jenis pekerjaan yang diprediksi akan hilang hingga tahun 2027 mendatang menurut laporan WEF:
Petugas pos
Kasir dan loket
Data entry
Sekretaris dan administrasi
Staf pencatat stok (stock-keeping)
Staf akuntansi, pembukuan, dan payroll
Legislator dan pejabat pemerintahan
Staf statistik, asuransi, dan keuangan
Sales door-to-door, pedagang kaki lima, dan penjual koran
Satpam
Manajer kredit dan pinjaman
Penyelidik dan pemeriksa klaim
Penguji software
Relationship manager