Aktivis Hewan Jepang Gagal Awasi Anggotanya, Ratusan Kucing Jadi Korban

Tragedi 100 kucing mati di Kumamoto ungkap penyimpangan aktivis hewan dan krisis penanganan kucing liar di Jepang
Trinita Adelia - Kamis, 05 Jun 2025 - 16:30 WIB
Aktivis Hewan Jepang Gagal Awasi Anggotanya, Ratusan Kucing Jadi Korban
Kucing - Pixabay @Pexels
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Kasus memilukan terjadi di Kumamoto, Jepang, saat lebih dari seratus bangkai kucing ditemukan menumpuk di dalam sebuah rumah kumuh milik anggota kelompok penyelamat hewan.

Tragedi ini langsung mengguncang publik dan mengundang kritik tajam terhadap organisasi Animal Assist Senju, yang sebelumnya dikenal menyelamatkan anjing dan kucing terlantar.

Kejadian ini menjadi sorotan tajam, bukan hanya karena jumlah korban yang mencengangkan, tetapi juga karena ironi bahwa pelakunya adalah bagian dari komunitas Kesejahteraan Hewan sendiri.

Animal Assist Senju mengakui bahwa rumah tersebut milik salah satu stafnya yang memelihara puluhan kucing tanpa izin organisasi. Dalam unggahan di Instagram, kelompok itu memperlihatkan kondisi rumah yang mengenaskan dipenuhi sampah, kotoran, dan urin.

Salah satu pernyataan mereka menyebutkan, “Kulitnya terkelupas sebagian dan kakinya dipenuhi kotoran dan urin.” Kalimat itu merujuk pada kondisi tragis seekor kucing yang bahkan tidak lagi bisa dikenali bentuknya.

Kepala perlindungan hewan Kota Kumamoto, Tsutomu Takimoto, menjelaskan bahwa sejauh ini sudah dua belas kucing berhasil diselamatkan dari lokasi kejadian.

Awalnya diperkirakan hanya ada sekitar 100 bangkai kucing, namun laporan media menyebutkan jumlahnya kemungkinan lebih besar. Investigasi pun terus berlangsung.

Tanggung Jawab Organisasi Disorot di Tengah Skandal Kematian Kucing Massal

Kasus ini membuat kredibilitas Animal Assist Senju dipertanyakan. Dalam unggahan lain, kelompok itu menyampaikan permohonan maaf dan berjanji akan menindak tegas kejadian ini.

“Semua anggota kelompok kami menanggapi apa yang terjadi dengan sangat serius,” tulis mereka. “Kita hanya bisa membayangkan betapa menyakitkannya penderitaan yang dialami kucing-kucing itu sebelum mati.”

Perempuan yang bertanggung jawab atas rumah itu kini dilarang untuk memelihara kucing. Pemerintah kota bersama relawan hak asasi hewan sudah dua kali memeriksa rumah tersebut sejak laporan awal tentang seekor Kucing Mati mencuat pekan lalu.

Belum ada kejelasan apakah perempuan tersebut akan menghadapi proses hukum. Namun tekanan publik terhadap penegakan keadilan terus meningkat.

Banyak pihak menuntut agar organisasi penyelamat hewan lebih transparan dan bertanggung jawab, terutama dalam memantau anggota-anggotanya.

Budaya Kucing di Jepang dan Masalah Serius Kucing Liar

Kucing bukan sekadar hewan peliharaan di Jepang mereka adalah bagian dari budaya. Dari ukiran kuno hingga kafe tematik, kucing punya tempat khusus dalam hati masyarakat Jepang.

Namun di balik citra itu, tersembunyi persoalan pelik populasi kucing liar yang terus bertambah. Kucing liar bisa menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti merusak tanaman, mengganggu ekosistem lokal, hingga menyebarkan penyakit.

Oleh karena itu, beberapa organisasi telah mengambil langkah seperti program sterilisasi dan perawatan untuk mengendalikan populasi dan mencegah penderitaan hewan yang tak terurus.

Sayangnya, tragedi seperti yang terjadi di Kumamoto menunjukkan bahwa bahkan organisasi yang bertujuan mulia bisa tersandung akibat kurangnya pengawasan. 

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements