NOTIS.CO.ID - Kenaikan harga Es Krim pada tahun 2025 bukan hanya soal musim panas atau tren viral semata. Di balik lonjakan ini, terdapat dinamika pasar global minyak kelapa yang semakin langka.
Permintaan yang terus meningkat dari berbagai sektor, mulai dari industri makanan hingga kecantikan, telah menyebabkan harga bahan baku utama es krim melonjak tajam.
Ketidakseimbangan ini diperparah oleh gangguan cuaca dan gejolak pasar komoditas, sehingga produsen Es Krim harus putar otak menghadapi situasi yang tidak menentu.
Lonjakan Harga Minyak Kelapa Jadi Biang Kerok Kenaikan Harga Es Krim
Industri es krim saat ini tengah menghadapi tekanan harga yang signifikan akibat naiknya harga minyak kelapa secara global. Pada akhir Mei 2025, harga grosir minyak kelapa dari Filipina yang menjadi tolok ukur pasar dunia mencapai US$2.800 per ton.
Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Filipina dan Indonesia adalah dua negara produsen utama yang menyuplai sekitar 75% kebutuhan Minyak Kelapa dunia. Namun, cuaca ekstrem dalam beberapa waktu terakhir telah mengganggu proses produksi.
Anomali cuaca El Nino menyebabkan kekeringan berkepanjangan, menghambat pertumbuhan kelapa yang biasanya memerlukan waktu satu tahun penuh untuk matang.
Ketika pasokan terganggu, produsen Es Krim kesulitan mendapatkan bahan baku penting ini. Sebab, minyak kelapa berperan besar dalam menjaga tekstur dan kestabilan es krim di suhu ruangan tanpa mengubah rasa.
Tak heran jika harganya langsung berdampak pada harga akhir produk Es Krim di pasaran.
Dampak Cuaca Ekstrem pada Produksi Kelapa Global
Selama periode El Nino dari pertengahan 2024 hingga akhir Oktober, Asia Tenggara mengalami kekeringan ekstrem. Perkebunan kelapa pun tak luput dari dampaknya. Panas yang berkepanjangan menyebabkan pohon kelapa berbuah lebih sedikit dari biasanya.
Kondisi ini membuat produksi global Minyak Kelapa pada 2024–2025 diperkirakan turun menjadi 3,6 juta ton, atau sekitar 5 hingga 10 persen lebih rendah dari musim sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Para analis juga memperkirakan bahwa penurunan produksi ini akan berlanjut hingga musim 2025–2026. Artinya, kelangkaan bahan baku akan berlangsung lebih lama, dan harga Minyak Kelapa kemungkinan besar akan tetap tinggi.
Minyak Kelapa Jadi Alternatif Kakao di Tengah Lonjakan Harga Cokelat
Sementara itu, tekanan harga juga datang dari industri cokelat. Harga kakao global yang melonjak tajam membuat para produsen makanan mulai mencari alternatif lain yang lebih ekonomis.
Minyak Kelapa menjadi salah satu pengganti utama karena dapat menggantikan mentega kakao, terutama dalam produk cokelat vegan dan bebas susu.
Pada Desember 2024, harga kontrak berjangka Kakao di ICE AS mencetak rekor baru di US$12.931 per ton—melonjak 177% dari tahun sebelumnya.
Meski sempat turun, harga Kakao masih bertahan tinggi di kisaran US$10.000 per ton, dipicu oleh panen yang gagal dan permintaan pasar yang tetap kuat.
Dalam situasi seperti ini, produsen makanan cenderung merumuskan ulang resep mereka.
"Saya berharap banyak pembuat gula-gula dan cokelat akan mengganti kakao dengan Minyak Kelapa dalam waktu dekat," kata Felipe Pohlmann Gonzaga, seorang pedagang komoditas asal Swiss, dikutip dari CNBC Indonesia Selasa (10/6/2025).
Permintaan Minyak Kelapa Meledak karena Tren Kecantikan di Media Sosial
Menariknya, melonjaknya harga minyak kelapa tak hanya disebabkan oleh kebutuhan industri makanan. Platform seperti TikTok dan Instagram ikut berperan besar dalam memopulerkan minyak kelapa sebagai bahan ajaib untuk kecantikan.
Selebriti papan atas seperti Gwyneth Paltrow dan Kourtney Kardashian kerap mempromosikan manfaat kelapa untuk kulit dan rambut. Tren ini menjalar cepat, mendorong permintaan dari sektor kosmetik dan perawatan tubuh.
Ketika minyak kelapa menjadi rebutan di berbagai industri, dari makanan hingga kecantikan, harga pun semakin sulit dikendalikan. Pada akhirnya, semua ini berdampak pada produk akhir seperti Es Krim, yang kini harganya semakin mahal.