Maluku Utara Tumbuh 34 Persen, Tapi Warganya Masih Hidup Sulit!

Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara melejit, tapi kesejahteraan rakyat dan isu lingkungan jadi sorotan utama.
Trinita Adelia - Rabu, 04 Jun 2025 - 14:30 WIB
Maluku Utara Tumbuh 34 Persen, Tapi Warganya Masih Hidup Sulit!
Sherly Tjoanda, Gubernur Maluku Utara - Instagram @s_tjo
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Provinsi Maluku Utara kembali mencuri perhatian nasional setelah berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada kuartal I 2025.

Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, menyampaikan bahwa angka pertumbuhan daerah ini mencapai 34,6%, sebuah pencapaian luar biasa yang sebagian besar didorong oleh melimpahnya potensi tambang nikel di wilayah tersebut.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum serta-merta mencerminkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Melansir dari CNBC Indonesia, dalam pidatonya di acara Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Jakarta, Selasa (3/6/2025), Sherly menggarisbawahi bahwa Maluku Utara masih dihadapkan pada beragam tantangan sosial dan infrastruktur yang kompleks.

"Apa gunanya pertumbuhan ekonomi jika rakyat Maluku Utara masih hidup dengan standar hidup yang kurang baik?"

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa capaian ekonomi belum cukup jika tidak berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Potensi Ekspor Nikel dan Tantangan yang Mengiringi

Ekspor nikel Maluku Utara capai 40% skala nasional, namun risiko lingkungan dan fiskal masih menghantui

Sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di Tanah Air, Maluku Utara diketahui menyumbang hingga 40% dari total ekspor nikel nasional.

Keberadaan cadangan mineral ini menjadikan wilayah tersebut sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global, terutama dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik.

Namun, keberhasilan dalam industri nikel juga datang dengan konsekuensi. Gubernur Sherly menjelaskan bahwa provinsi ini masih menghadapi tantangan besar, termasuk persoalan fiskal dan infrastruktur yang belum memadai.

Risiko lingkungan menjadi perhatian serius, mulai dari deforestasi, pencemaran air, hingga paparan logam berat yang membahayakan kesehatan.

"Kami juga memiliki risiko lingkungan, deforestasi dan kehilangan habitat, polusi air di sungai dan wilayah pesisir, emisi udara, paparan logam berat yang mempengaruhi kesehatan, dan degradasi lahan setelah penambangan," paparnya.

Isu-isu ini mempertegas pentingnya pendekatan pembangunan berkelanjutan, bukan hanya fokus pada pertumbuhan industri semata.

Industri Harus Berdampak, Bukan Sekadar Untung

Pemprov Maluku Utara dorong kerja sama lintas sektor untuk pembangunan inklusif dan berkeadilan

Meski Maluku Utara telah memainkan peran penting dalam pertumbuhan industri nasional, Sherly menekankan bahwa keberhasilan sejati baru bisa diraih bila industri juga berkontribusi pada kesejahteraan komunitas lokal.

Menurutnya, pembangunan seharusnya tidak hanya soal angka-angka makroekonomi, melainkan juga tentang bagaimana masyarakat bisa mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan pelatihan keterampilan.

"Karena apa gunanya pertumbuhan jika tidak mengangkat komunitas kita? Apa gunanya industri yang sedang booming jika ibu-ibu tidak bisa mengakses layanan kesehatan yang lebih baik? Jika anak-anak tidak bisa bersekolah di sekolah yang lebih baik? Jika generasi muda dibiarkan tanpa keterampilan untuk berkembang di tanah mereka sendiri?"

Pemerintah daerah kini aktif menjalin kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa pengembangan industri juga membawa manfaat nyata bagi warga lokal.

"Mari kita bangun industri yang bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang tujuan. Bukan hanya tentang hasil, tetapi tentang dampak,"

Masa Depan Maluku Utara Dari Nelayan ke Inovator Teknologi

Gubernur Sherly impikan generasi muda Maluku Utara jadi arsitek hingga ahli kecerdasan buatan

Gubernur Sherly memiliki visi jangka panjang agar masyarakat Maluku Utara tidak lagi hanya bertumpu pada sektor primer seperti pertanian dan perikanan.

Ia berharap dalam 20 hingga 30 tahun ke depan, anak-anak muda di daerahnya bisa menjadi inovator, arsitek, bahkan pengembang teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).

"Mereka memiliki banyak pekerjaan yang bisa memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Karena pada akhirnya, kita tidak mewarisi bumi dari leluhur kita, kita meminjamnya dari anak-anak kita," tandasnya.

Dengan visi seperti itu, Maluku Utara tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga arah pembangunan yang manusiawi dan berkelanjutan.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements