Bank Digital Kompak Naikkan Bunga Deposito Tembus 9 Persen, Ada Apa?

Trinita Adelia - Jumat, 25 Apr 2025 - 14:30 WIB
Bank Digital Kompak Naikkan Bunga Deposito Tembus 9 Persen, Ada Apa?
ilustrasi persaingan - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Di tengah sikap Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% sejak Februari 2025, sederet Bank Digital justru melaju agresif dengan menaikkan bunga deposito demi menggaet dana pihak ketiga.

Strategi ini terlihat dari PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang meningkatkan bunga maksimal dari 6,5% menjadi 7,5% per tahun dengan sistem tiering, serta LINE Bank yang mengerek bunga dari 7% menjadi 7,5% per tahun.

Namun, yang paling mencolok datang dari PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) yang kini menawarkan Bunga Deposito hingga 9% per tahun, naik signifikan dari sebelumnya 7%.

Tawaran tinggi ini menjadi semacam "senjata pamungkas" bagi Bank Digital yang memang tidak mengandalkan jaringan fisik, sehingga harus bersaing lewat daya tarik digital dan bunga simpanan.

Meski begitu, penting dicatat bahwa LPS hanya menjamin simpanan dengan Suku Bunga maksimal 4,25% untuk bank umum dan 2,25% untuk simpanan valuta asing.

Maka, bagi nasabah yang tergoda bunga tinggi, ada baiknya memahami bahwa dana mereka bisa saja tidak dijamin bila melewati batas TBP yang ditetapkan oleh LPS.

Tantangan Bank Digital dalam mengelola dana mahal dan berburu CASA

Menurut pengamat perbankan Moch. Amin Nurdin, kondisi saat ini membuat perbankan, khususnya bank digital, menghadapi tantangan besar dalam mencari sumber dana murah.

“Nah ini menjadi agak sinkron kalau buat saya, khusus untuk Bank Digital ya, karena kalau bank digital ini mereka memang melempar kredit dengan bunga yang cukup tinggi. Jadi kalau mereka masih berupaya untuk mendapatkan dana pihak ketiga dengan cara memberikan bunga yang cukup tinggi itu masih cukup beralasan,” jelasnya.

Bagi Bank Digital, biaya akuisisi nasabah serta biaya teknologi yang tidak murah membuat mereka harus berpikir keras agar tetap kompetitif.

Strategi bunga tinggi dianggap jadi solusi jangka pendek yang rasional, walaupun tentu tidak bisa berlangsung terus-menerus tanpa meningkatkan risiko.

Amin juga menambahkan bahwa bank-Bank Digital kini "harus berani melakukan extra effort" agar tetap bisa tumbuh meski persaingan merebut CASA semakin berat.

Masalahnya, memburu CASA tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Butuh inovasi digital, user experience yang nyaman, dan ekosistem aplikasi yang solid agar nasabah nyaman menyimpan dana mereka lebih lama, bukan hanya datang dan pergi karena bunga tinggi semata.

Strategi penawaran bunga tinggi di tengah tekanan cost of fund

Indra Utoyo, Direktur Utama Allo Bank, secara terbuka mengakui bahwa strategi menaikkan Bunga Deposito ini memang dilakukan untuk bersaing di pasar DPK.

“Strategi tersebut dibutuhkan untuk menarik DPK di tengah persaingan yang cukup ketat di pasar yang diperkirakan akan tetap selama tidak ada perubahan pada Suku Bunga acuan,” ucap Indra, dikutip dair CNBC Indonesia.

Bank Neo Commerce (BNC) juga masih menjaga posisi bunga depositonya tetap di 8% per tahun, khusus untuk produk Deposito WOW dengan tenor 12 bulan.

“Kami tawarkan bunga 8% untuk nasabah setia bank yang menempatkan deposito selama 12 bulan/1 tahun. Ada peer bank memang menawarkan lebih tinggi dari 8%,” kata Novian Fitriawan, Corporate Strategy Head BNC.

Namun, Novian menegaskan bahwa mereka tidak sekadar mengandalkan bunga tinggi untuk bersaing.

Menurutnya, pengembangan aplikasi Neobank yang komprehensif dan user-friendly menjadi salah satu cara untuk memperkuat loyalitas nasabah.

Selain itu, BNC juga berupaya menjaga cost of fund di level yang kompetitif agar tetap efisien di tengah kompetisi ketat Bank Digital lainnya.

Bank Raya dorong produk digital saving untuk jaga dana murah

Bank Digital yang berada di bawah naungan BRI, yaitu PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), juga memilih mempertahankan bunga deposito maksimal 6% per tahun.

Menurut Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi, keputusan itu bukan sekadar reaksi terhadap pasar, tetapi hasil evaluasi berkala terhadap kondisi likuiditas dan Suku Bunga yang diterapkan kompetitor.

Rustarti menekankan bahwa Bank Raya kini fokus mendorong pertumbuhan produk digital saving melalui aplikasi Raya App sebagai produk andalan yang mampu mendatangkan dana murah secara berkelanjutan.

“Terkait dengan trend cost of fund ke depan, Bank Raya masih melihat potensi penyesuaian pada Suku Bunga simpanan, termasuk deposito, yang akan berpengaruh pada besaran cost of fund. Hal ini sejalan dengan kebijakan yang diambil BI terkait penentuan BI7DRR maupun Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial yang akan membantu likuiditas industri secara umum, sehingga dapat mendorong penurunan suku bunga simpanan industri perbankan secara umum,” papar Rustarti.

Data menunjukkan bahwa pada Desember 2025, pertumbuhan digital saving Bank Raya melonjak 57,2% secara tahunan hingga mencapai Rp1,32 triliun.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements